Jumat, 21 Oktober 2016

Shibori & Membatik

Pardon my youth.

Saya termasuk jenis makhluk yang tahunya menuntut ilmu itu ya secara akademis saja. Kalaupun zaman sekolah ada pelajaran terkait keterampilan atau kesenian, tidak menggemari, ya dijalani supaya dapat nilai di raport aja gitu.

Ok, pardon my youth.

Saya - di usia sekarang hampir 35 tahun - baru menyadari bahwa saya sungguh tidak memiliki keterampilan, entah keterampilan apa lah sebagai hobi ataupun keterampilan yang memang ditekuni bahkan menjadi ahli.

Saya makhluk yang tahunya ilmu itu hanya teori.

Kemudian saya menyesal *hiks...

Tidak mau menyesal terlalu lama, saya pun memutuskan mencoba mempelajari entah apa lah keterampilan atau seni yang sekiranya menambah pengetahuan dan keahlian saya di bidang apa kek gitu.

Banyak mencari tahu sana-sini, terpikatlah saya pada fabric making. More about pola ya. Tapi saya sadar saya tidak tahu apa-apa mengenai fabric making.

Maka pada suatu hari di minggu lalu saya mempelajari Shibori dan Membatik.

.... dan saya ketagihan. Saya mau ikut "level" berikutnya. Mempelajari beberapa teknik shibori lainnya. Sukak sukak sukak... Yasssss.... :).

 

diawali dengan menggambar apa saja suka-suka saya. pengajarnya baik banget deh :)


mulai mencanting, this isi the first time ever ever ever for me, berantakan yaaahh...

hasil cantingan yang berantakan dengan gambar pola yang juga ala kadarnya

mulai ber-shibori-ria dengan teknik mokume alias menjahit

hasil jahitan kemudian "dikerucutkan"dengan menarik kedua sisi benang

semua sisi yang dijahit "dikerucutkan"

direndam dalam cairan pewarna dan perkat warna

dijemur

       setelah lapisan lilin dari proses mencanting dibersihkan, dibuka seluruh benang, jadinya begini. mungkin ini memang biasa banget, tapi buat saya yang super pemula rasanya bannngggaaaa... bisa menghasilkan karya sederhana ini              


Senin, 10 Oktober 2016

Mengajak Theo ke Toko Buku

Sejak Theo belum berusia satu tahun, saya sudah secara rutin membawanya ke toko buku. Saya senang membaca, jadi saya hampir selalu menganggarkan sedikit jumlah untuk membeli buku-buku baru. Biasanya di akhir pekan. Dan karena saya punya komitmen pribadi untuk semaksimal mungkin full mengurus Theo di akhir pekan, maka pastinya Theo ikut ke toko buku.

Sejak dia masih saya taruh di stroller sampai akhirnya bisa berjalan dan berlari, Theo sepertinya cukup familiar dengan deretan rak buku.









Dia sudah punya deretan rak favoritnya sendiri, dia langsung dong lari ke deretan rak buku dan komik anak. Buku apa saja asal bergambar dia buka, dia perhatikan seksama, sampai dia duduk di lantai untuk melihat-lihat buku. Saya senyum geli melihatnya.

Saya kasih ke dia tas kemasan, dan apapun buku yang dia anggap menarik, dia masukkan ke tas itu. Suka-sukanya aja deh pilih-pilih buku, toh nanti di kasir saya sortir lagi mana yang dibayar mana yang tidak hihihi... *nyengir emak iseng.

Yang saya mau biasakan adalah dia mengenal buku, syukur jika ternyata dia juga jadi suka membaca.

Yang saya nikmati dan syukuri adalah dengan membawanya ke toko buku, kami jadi punya quality time as mother and son tanpa harus berkegiatan yang konsumtif banget.

-nova-