Rabu, 14 Desember 2016

Menjelang Akhir Tahun dan Target di Kantor





Saya bekerja di Unit Pemasaran. Jadi saya adalah Pemasar Asuransi Kerugian. Adakah hal lain di muka bumi ini yang lebih sulit untuk dijual selain asuransi?

Produknya secara fisik hanya sehelai kertas ditempel materai. Yang baru terasa manfaatnya justru saat kita mengalami kerugian, jadi pas bayar harga produk, tidak langsung menikmati manfaatnya.

Semacam dipaksa beli ga, sih? :)

Tapi tenang... Blog ini walau berisi juga tentang pekerjaan saya, saya tidak akan jualan asuransi kok disini hihihi...

Jadi salesperson, tukang urus klaim, penyusun strategi pemasaran, menciptakan produk, dan balik lagi di dunia sales, pekerjaan saya 11 tahun ini berkutatat di core pemasaran bisnis asuransi. Saya terbiasa bekerja dengan target (nulis ini kok serasa lagi nulis CV buat apply pekerjaan baru ya hehehe...), buat saya dikasih target tuh udah ga heran, menetapkan target sendiri juga sudah biasa, bekerja jumpalitan untuk mencapai target itu makanan sehari-hari.

Dan selama 10 tahun terakhir apapun target yang diberikan, puji Tuhan, saya selalu berhasil mencapainya, tidak jarang lebih.

Di tahun ini, 2016 tercinta ini bisnis (saya rasakan) semakin berat.... Target saya rasanya ya ampun Gusti ini kok masih jauh banget ya angkanya. Ada beberapa account yang bisnisnya juga menurun sehingga berefek ke penurunan perolehan premi kami. Selain itu harus saya akui, kami juga ada beberapa marketing intelligent yang lambat menyerap strategi bersaing dari perusahaan asuransi pesaing.

Jadi saat ini, di last month of this year saya galau berat lihat laporan produksi.

Galau...

-nova-

Selasa, 13 Desember 2016

Kompetensi Profesi






Saya bekerja di sebuah perusahaan milik negara di bidang asuransi umum atau asuransi kerugian. Direncanakan? Jelas tidak :)

But then last 11 years of my career life spent in this company, jadilah saya -walau terhuyung-huyung antara mood dan tidak mood, antara rajin dan malas (yang lebih sering dimenangkan oleh perasaan malas), antara merasa perlu atau tidak- mengambil juga apa yang dinamakan ujian-ujian kompetensi yang menghasilkan tambahan gelar profesi untuk dunia kerja saya.

Namanya AAAIK - Ajun Ahli Asuransi Indonesia Kerugian.

Yang saat sudah lulus boleh dilanjutkan ke AAIK - Ahli Asuransi Indonesia Kerugian.

Kemudian saya mulailah dunia petualangan mendapatkan gelar itu. 5 tahun pertama saya bekerja akhirnya saya mendapatkan AAAIK (A3IK) dengan metode belajar yang antara iya dan tidak hihihi... Saya tidak pernah ikut tutorial, kursus, atau belajar apapun secara khusus untuk setiap subjek ujian A3IK. Saya membiasakan diri belajar mandiri saja sekitar sebulan sebelum jadwal ujian. Saya cari bahan-bahan ajarnya di perpustakaan kantor (iya, kantor saya punya perpustakaan loh, ini saya karyawan atau mahasiswa ya?) atau mencari informasi tambahan di internet, juga ke sekertariat AAMAI (Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia) untuk mem-foto copy bahan-bahan terbaru jika ada. 

Kemudian sekitar 2 minggu atau selambatnya 1 bulan sebelum ujian saya mencicil belajar setiap weekend di coffee shop. Saya pembosan, saya tidak tahan belajar dalam keheningan, saya lebih memilih belajar di coffe shop. Bisa tuh saya seharian dari pagi sekitar jam 8 sampai selepas maghrib nongkrong di coffee shop untuk belajar. Bahkan saking niatnya, saya bawa buah potong, air mineral, dan makan siang supaya bisa tetap stay di coffee shop selama berjam-jam.

Puji Tuhan, saya lulus A3IK.



Kemudian edisi hidup saya hamil bolak-balik keguguran, hingga akhirnya melahirkan dan membesarkan anak, rasanya kok malas ya kembali ke dunia belajar. Buka buku CII (Chatered Insurance Instititute) yang masih asli bahasa inggris, sebagai bahan ujian, memahami materi atas subjek-subjek yang bukan "makanan" pekerjaan saya sehari-hari.

Walau kalau saya simak baik-baik, saya tekuni dengan sungguh, ya Gusti banyak banget deh ilmu dan pengetahuan tentang best practice asuransi di buku-buku CII Itu. Kadang saat lagi beneran niat belajar saya menyesal ketemu buku-buku CII ini hanya beberapa saat sebelum ujian, dimana saya membaca materinya pakai strategi ala ujian. Baca yang sekiranya keluar di ujian saja. Belajar dengan strategi ala bimbingan belajar zaman SMU dulu lah hihihi... Kan tujuannya jelas, supaya saya siap ikut ujian. 

Padahal, kalau pas ketemu bab atau sub bab tertentu dari buku-buku CII, saya bisa sambil baca best practice asuransi di beberapa negara luar sana, dan sambil mengangguk-angguk kepala, saya mikir "oohh... begitu ya...". Seandainya saya beneran menikmati membaca buku-buku itu dengan santai dan tidak terburu-buru, pasti banyak ilmu yang bisa saya dapat.


Saya termasuk orang yang antara iya dan tidak menjalankan aneka ujian tersebut. Karena di kantor kebetulan pula saya di jalur pemasaran dan merasa tidak perlu-perlu amat, seperlu teman-teman yang di jalur teknik asuransi- untuk mendapatkan gelar yang prestisius itu.

Tapi tanggung.... Dari 5 subjek AAIK (A2IK), saya yang belum tinggal 2 subjek lagi.

Jadi saya putuskan saya ambil saja lah.

Ujian lah saya tanggal 20 September kemarin subjek 402 A2IK. *ini super late post ya.

Hasilnya? Puji Tuhan, saya lulus.

Yeaaaayyy.... Dan untuk merayakannya saya mentraktir diri sendiri es krim dong hihihi...

Saya ingin banget kah, ingin setengah mati, untuk jadi A2IK? 
Yaaaa.... Biasa aja sih.

Harus selesaikah si A2IK ini semacam kuliah S1 atau S2 saya yang kalau tidak lulus bisa di-drop-out?
Ya..... Nggak sih. Wong si A2IK ini ikut ujiannya tergantung "keikhlasan" saya saja.

Terus ngapain mumet?
Karena saya ingin menuntaskan yang sudah saya mulai.
 
*tsaaahh....

-nova- 

Jumat, 09 Desember 2016

Menikmati Buku
















Saya penikmat buku. Buku konservatif, bahkan, buku cetak, bukan e-book dan sejenisnya.

Saya senang membaca. Sangat. Baca apa saja.

Mau dikata milyaran informasi tumpah ruah dan dapat diakses dengan mudah melalui berbagai platform digital, baik berita benar maupun hoax hihihi... saya tetap tuh langganan koran harian cetak, dua tabloid cetak, dan tetap saya baca full, tidak hanya baca iklan tentang harga diapers lagi banyak diskon di hipermarket mana saja :).

Setiap bulan saya memisahkan anggaran tersendiri, walau tidak banyak, untuk beli 1-2 buku baru. Buku fiksi ataupun non fiksi, buku manajemen, pemasaran, bisnis, motivasi diri, novel romantis, novel detektif, apa saja deh saya baca.

Seingat saya, saya mulai koleksi buku sejak SMP. Ulang tahun ke-13 in spite of any other gifts a young girl could ask for her birthday present, saya ingat saat itu saya minta jam tangan dan satu set komik Candy-Candy ke orang tua saya. Satu set lengkap dari komik 1-9 yang kemudian saya bungkus dengan sampul dan saya simpan baik-baik setelah saya baca.

Setelah itu seperti unstopable saya membaca buku.

Saya koleksi buku-buku Agatha Christie (dan karenanya jatuh cinta setengah mati sama Hercule Poirot, tokoh detektif rekaan Christie), saya membaca banyak novel detektif dan komik Jepang semasa SMP-SMU.

Mulai kuliah S1 selain buku-buku wajib kuliah, saya tidak keberatan hunting buku-buku Psikologi lainnya di daerah Kwitang. Kwitang di awal tahun 2000-an, saat saya kuliah S1, adalah surganya buku. You asked any kind of book and tradaaaa... para Pedagang disana punya dong buku yang kita cari.

Dan ketika sekarang saya bekerja di bidang asuransi kerugian, untuk mendapat gelar profesi, ada berbagai ujian dengan subjek yang kita harus pelajari sendiri. Mungkin memang ada tipe orang yang baca sebentar, terus langsung paham isinya dan tradaaa... ikut ujian, lulus. Saya mah apa atuh, eh saya mah tidak bisa begitu. Buat saya untuk satu subjek ujian saja saya perlu membaca buku-buku CII (Chartered Insurance Institute) sebagai bahan ujian, selama setidaknya dua minggu sebelum ujian. Benar-benar saya baca dan saya pahami isi bukunya. Apa saya keberatan? Sama sekali tidak, malah saya senang saja bisa membaca buku keren begitu. Saya kadang mikir kalau saja saya baca buku ini tidak sekedar dalam rangka ujian -yang artinya membaca buku harus dengan strategi poin-poin penting, tapi memang membaca buku dengan santai- saya pasti akan sangat bisa menikmati buku-buku CII yang amit-amit tebalnya itu.

Memasuki kuliah S2, selain buku-buku yang direkomendasikan dosen untuk mata kuliah, saya tidak keberatan hunting buku-buku pendukungnya, saya baca dengan santai, saya nikmati isinya. Kebetulan pula saya belum punya anak sampai saya selesai kuliah S2, jadi saat di rumah, benar-benar bisa santai membaca buku, atau saat weekend saya bisa ke coffee shop mana, pesan kopi atau teh, cari spot untuk duduk yang nyaman, dan saya membaca sampai saya malu pesan hanya satu cangkir teh tapi nongkrong di cofee shop nya seharian hihiihi...

Akibat yang saya rasakan sekarang adalah, entah kenapa, saya lebih suka membaca buku daripada menonton televisi di saat senggang saya di rumah. Tidak ada televisi di kamar saya. Sebelum tidur saya lebih suka mendongeng atau mengobrol dan mendengarkan ocehan Theo sampai dia mengantuk dan tertidur.

Saya jadi tidak ke-kini-an ya? Bodo ah, yang penting saat bersama buku, saya merasa nyaman.

Ciyeeeeee.... nyaman bersamanya. Itu buku apa sandaran hidup? :)

-nova-






Selasa, 06 Desember 2016

Brush Lettering on Tote Bag






Ceritanya masih lanjutan dari keinginan saya menambah keterampilan.

Setelah mencoba belajar Shibori dan Membatik, saya kemudian mencari informasi lagi tentang kegiatan kreatif lainnya. Ada kegiatan Brush Lettering yang menarik minat saya. Cek jadwal ternyata memungkinkan. Saya pun mendaftar.

Kenapa Brush Lettering?

Sejujurnya saya juga nggak ngerti kenapa saya pilih kegiatan ini. Sepertinya more about kesesuaian waktu aja, pas jadwal mereka, pas saya juga bisa.

Here are some pics...











Love it.

Tidak terlalu rumit, bisa berkeasi, kenalan dengan orang-orang baru yang hebat dan kreatif. Menyenangkan.

Sekarang jadi terpikir ini enaknya kelanjutannya diapain ya?

-nova-