Selasa, 13 Desember 2016

Kompetensi Profesi






Saya bekerja di sebuah perusahaan milik negara di bidang asuransi umum atau asuransi kerugian. Direncanakan? Jelas tidak :)

But then last 11 years of my career life spent in this company, jadilah saya -walau terhuyung-huyung antara mood dan tidak mood, antara rajin dan malas (yang lebih sering dimenangkan oleh perasaan malas), antara merasa perlu atau tidak- mengambil juga apa yang dinamakan ujian-ujian kompetensi yang menghasilkan tambahan gelar profesi untuk dunia kerja saya.

Namanya AAAIK - Ajun Ahli Asuransi Indonesia Kerugian.

Yang saat sudah lulus boleh dilanjutkan ke AAIK - Ahli Asuransi Indonesia Kerugian.

Kemudian saya mulailah dunia petualangan mendapatkan gelar itu. 5 tahun pertama saya bekerja akhirnya saya mendapatkan AAAIK (A3IK) dengan metode belajar yang antara iya dan tidak hihihi... Saya tidak pernah ikut tutorial, kursus, atau belajar apapun secara khusus untuk setiap subjek ujian A3IK. Saya membiasakan diri belajar mandiri saja sekitar sebulan sebelum jadwal ujian. Saya cari bahan-bahan ajarnya di perpustakaan kantor (iya, kantor saya punya perpustakaan loh, ini saya karyawan atau mahasiswa ya?) atau mencari informasi tambahan di internet, juga ke sekertariat AAMAI (Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia) untuk mem-foto copy bahan-bahan terbaru jika ada. 

Kemudian sekitar 2 minggu atau selambatnya 1 bulan sebelum ujian saya mencicil belajar setiap weekend di coffee shop. Saya pembosan, saya tidak tahan belajar dalam keheningan, saya lebih memilih belajar di coffe shop. Bisa tuh saya seharian dari pagi sekitar jam 8 sampai selepas maghrib nongkrong di coffee shop untuk belajar. Bahkan saking niatnya, saya bawa buah potong, air mineral, dan makan siang supaya bisa tetap stay di coffee shop selama berjam-jam.

Puji Tuhan, saya lulus A3IK.



Kemudian edisi hidup saya hamil bolak-balik keguguran, hingga akhirnya melahirkan dan membesarkan anak, rasanya kok malas ya kembali ke dunia belajar. Buka buku CII (Chatered Insurance Instititute) yang masih asli bahasa inggris, sebagai bahan ujian, memahami materi atas subjek-subjek yang bukan "makanan" pekerjaan saya sehari-hari.

Walau kalau saya simak baik-baik, saya tekuni dengan sungguh, ya Gusti banyak banget deh ilmu dan pengetahuan tentang best practice asuransi di buku-buku CII Itu. Kadang saat lagi beneran niat belajar saya menyesal ketemu buku-buku CII ini hanya beberapa saat sebelum ujian, dimana saya membaca materinya pakai strategi ala ujian. Baca yang sekiranya keluar di ujian saja. Belajar dengan strategi ala bimbingan belajar zaman SMU dulu lah hihihi... Kan tujuannya jelas, supaya saya siap ikut ujian. 

Padahal, kalau pas ketemu bab atau sub bab tertentu dari buku-buku CII, saya bisa sambil baca best practice asuransi di beberapa negara luar sana, dan sambil mengangguk-angguk kepala, saya mikir "oohh... begitu ya...". Seandainya saya beneran menikmati membaca buku-buku itu dengan santai dan tidak terburu-buru, pasti banyak ilmu yang bisa saya dapat.


Saya termasuk orang yang antara iya dan tidak menjalankan aneka ujian tersebut. Karena di kantor kebetulan pula saya di jalur pemasaran dan merasa tidak perlu-perlu amat, seperlu teman-teman yang di jalur teknik asuransi- untuk mendapatkan gelar yang prestisius itu.

Tapi tanggung.... Dari 5 subjek AAIK (A2IK), saya yang belum tinggal 2 subjek lagi.

Jadi saya putuskan saya ambil saja lah.

Ujian lah saya tanggal 20 September kemarin subjek 402 A2IK. *ini super late post ya.

Hasilnya? Puji Tuhan, saya lulus.

Yeaaaayyy.... Dan untuk merayakannya saya mentraktir diri sendiri es krim dong hihihi...

Saya ingin banget kah, ingin setengah mati, untuk jadi A2IK? 
Yaaaa.... Biasa aja sih.

Harus selesaikah si A2IK ini semacam kuliah S1 atau S2 saya yang kalau tidak lulus bisa di-drop-out?
Ya..... Nggak sih. Wong si A2IK ini ikut ujiannya tergantung "keikhlasan" saya saja.

Terus ngapain mumet?
Karena saya ingin menuntaskan yang sudah saya mulai.
 
*tsaaahh....

-nova- 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar