Kamis, 02 November 2017

Online Window Shopping




Saya sukaaaaaa sekali mengunjungi aneka online shop. Baik yang web based, di marketplace, di instagram, dan aneka sosial media. Sukanya maksimal.

Melihat produk yang dijual oleh  para pedagang online mulai dari fashion, tas, sepatu, sambel, buku, sampai diapers anak. You name it lah, saya sukaaaaa.....

Rasanya langsung saya pengen klik semua pilihan "add to cart" atau japri ke penjualnya untuk yang model bisnisnya harus menghubungi penjual secara japri.

But then.... Mengingat isi saldo rekening plus setelah dipikir-pikir apa iya saya butuh semua barang yang saya suka itu?

Jadi gegara sedang mencoba pola hidup minimalis, saya menjadi sangat memikirkan ketika ingin membeli sesuatu secara online.

Naksirlah sangat dengan barang-barang yang dijual, baik yang memang butuh maupun yang ingin.

Belakangan ini saya mencoba pola 3 - 3 - 3(0) ala saya.

Itu ga ada teorinya, saya aja yang bikin sendiri hihihi...

Jadi misal ada sesuatu yang saya inginkan -di luar kebutuhan urgent ya, tapi jarang banget sih saya beli sesuatu secara online untuk barang yang urgent- tips saya adalah :

1. Misal saya tertarik baju, itu saya beneran perhatiin detail size atau ukurannya. Kalau dalam satuan inch, saya jadiin centimeter dulu hahaha... Pokoknya jangan sampai salah beli. Saya baca benar itu bahannya apa. Kalau saya terbayang bahannya dan saya ngerti, saya masukkan kategori oke. Kalau saya nggak ngerti jenis bahannya, mending nggak usah. Karena saya punya pengalaman lihat foto bajunya oke, size nya cocok, tapi ga paham itu jenis bahan apa, saya tetap beli. Pas barangnya datang eh ternyata beibeh itu bahannya nggak banget yang tipis menerawang terbang-terbang gitu (ini gimana sih menjelaskannya ya :D).

Misal saya tertarik dengan sepatu atau tas atau sambel (halah, kok jauh ya range nya), saya suka membandingkan yang model sejenis, di toko sebelah harganya gimana, apakah ini masuk harga wajar.

2. Setelah barang yang saya incar masuk kategori ok, saya (sudah) nggak pernah (lagi) langsung beli. Saya diamin dulu 3 hari. Kalau setelah 3 hari saya bahkan sudah nggak ingat barang itu lagi, ya sudah, lupakan keinginan memilikimu, eh.... Tapi jika misal setelah 3 hari saya masih kepikir dan keingat juga sama barang tersebut, maka saya masukkan kategori oke level berikutnya.

3. Kemudian saya tunggu lagi 3 minggu. As I said earlier saya jarang beli sesuatu yang urgent secara online. Kategori barang urgent menurut saya misal obat turun panas saat anak sakit, diapers anak saat stok di rumah habis, dan sejenisnya. Kalau baju, tas, sepatu, dan sejenisnya masih bisa menunggu lah. Saya tunggu 3 minggu lagi dong (iya, lama, tapi bodo amat hihihi...). Kalau dalam 3 minggu itu saya bahkan nggak ingat pernah ngintip account instagram si penjual nya, ya sudah lupakan sajalah. Tapi misal setelah 3 minggu itu saya sampai ga bisa tidur karena memikirkan tas incaran, misalnya. Nah masuk oke level gawat.

4. Daaaannn... Tradaaaa... saya tunggu lagi sampai 30 hari dong. Jreeeenngg... Jika selepas 30 hari saya terindu-rindu sama barang itu, berikutnya yang jadi pertimbangan saya adalah meyakinkan diri lagi apakah barang ini saya perlukan, jika iya maka fix saya beli.

Hahaha... Lama yaaaa...

As I said, bodo amat.

Namanya juga lagi berhemat dan menerapkan hidup minimalis, jadi yang memang benar-benar saya pertimbangkan akan menambah value, baru akan saya beli. Sebisa mungkin belanja dengan sadar, intinya sih itu buat saya.

My way could be agak lebay yeee... Tapi ya itulah sebisa-bisanya daya saya menjaga kestabilan saldo rekening.

Jadi, ga hanya di toko fisik, saya juga adalah pembelanja online store yang suka window shopping.

Teman-teman bagaimana?

-nova-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar