Rabu, 08 November 2017

Tentang Menjadi Lebih Sederhana



Pic from Harsh Agrawal

Less Stuff...

Itu lah yang belakangan ini menginspirasi keseharian saya.

Sejak menikmati cara hidup (lebih) minimalis; saya sebut lebih minimalis, karena saya belum sepenuhnya bisa menerapkan cara hidup minimalis ini, baru menerapkan atas hal-hal yang saya bisa saja, saya melepas banyak sekali barang.

Declutter..

Saya sudah mengurangi (ini lebay ga ya, tapi jujur sih) lebih dari 250pcs (yes, dua ratus lima puluh) pakaian saya. Ada juga cukup tas dan sepatu yang saya lepas.

Kenapa?

Karena gerah dan begah hihihi...

Jadi awalnya begini, suatu pagi saya buka lemari pakaian saya dan mendapati lemari saya penuuuuuuuhhhhhh... namun saya merasa saya nggak punya baju untuk dipakai.

Weird, eh?

Kok ya pas kebetulan juga saya menemukan beberapa blog dan sosial media mereka yang menerapkan gaya hidup minimalis. Saya tertarik mempelajari lebih jauh, dan mendapati bahwa iya ya, yang kita butuhkan bukan (sekedar) barang, tapi lebih penting adalah value dari barang-barang tersebut.

Maka saya bongkar lah lemari saya itu. Barang pribadi saya dulu deh ya, belum termasuk pernik-pernik lain di rumah yang milik keluarga.

Langkah yang saya lakukan :

1. Pisahkan baju, tas, sepatu ke dalam kategori yang saya suka dan tidak.

2. Dari kategori yang saya suka, saya pilih lagi pakaian mana yang sering saya pakai dan tidak (kategori tidak untuk pakaian yang sudah lebih dari setengah tahun tidak saya pakai). Kenapa jarang dipakai? Bisa jadi bahannya saya nggak suka, ukurannya sudah nggak muat lagi, dan sebagainya.

3. Dari kategori yang saya suka dan sering dipakai saya pisahkan lagi mana yang memang saya butuhkan, mana yang sebenarnya saya nggak butuh.

Setelah tiga langkah itu saya terapkan, saya diamkan dulu sekitar seminggu. Iyes, jadi selama seminggu ada tiga keranjang di kamar saya. Untuk 3 kategori itu.

Setelah seminggu saya pikir-pikir lagi, saya pilah lagi dengan hati yang tenang dan pikiran yang seksama, mana yang mau saya keep dan mana yang mau saya lepas.

Jadilah dua keranjang, yang saya keep, dan yang saya lepas.

Saya diamin lagi tuh seminggu lagi.

Kemudian saya pilih lagi, pilih lagi, pilih lagi dan yakinkan diri, oke fiks yang ini saja yang saya keep.

As a result, ternyata yang saya keep ga banyak, benar-benar yang saya suka dan saya perlukan.

Terhadap sisanya yang saya lakukan :

1. Kasih ke bibi.

2. Ikut charity bazaar di gereja yang seluruh hasil penjualan buat kegiatan sosial.

3. Saya jual di platform penjualan used items.

Dan sekarang, walau belum bisa secanggih pola 333 wardrobe capsule ala minimalis sejati, setidaknya saat saya membuka lemari pakaian, saya mendapati barang-barang yang memang saya suka, dan saya pakai.

Tanpa saya sadari, hal ini menjadikan saya lebih sederhana. 

Setiap ada barang yang saya taksir, saya nggak yang nafsu banget harus beli, karena mengingat ini bakal terpakai lama atau nggak, kalau nggak, nanti dihibahkan ke siapa, bisa dijual lagi nggak? Kalau jawabannya nggak, saya nggak jadi beli hihihi...

Alokasi dana nya saya pakai untuk ikut kelas-kelas workshop singkat. Yang memperkaya diri saya secara keterampilan, pengalaman, dan pertemanan karena bertemu dengan komunitas-komunitas baru. 

Saya kok.... agak suka ya dengan progress yang saya jalani ini :)

-nova-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar